Rabu, 04 Februari 2015

Biografi Hendrik Antoon Lorentz



Hendrik Antoon Lorentz
Lahir
Wafat
4 Februari 1928 (umur 74)
HaarlemBelanda

Tempat tinggal
Warga negara
Bidang
Institusi
Alma Mater

Pembimbing Doctoral

Murid bimbingan
Dikenal atas
Penghargaan



Kehidupan awal
Hendrik Lorentz lahir di Arnhem , Gelderland (Belanda), anak Gerrit Frederik Lorentz (1822-1893), sebuah tanaman bibit mampu, dan Geertruida van Ginkel (1826-1861). Pada 1862, setelah kematian ibunya, ayahnya menikah Luberta Hupkes. Meskipun dibesarkan sebagai seorang Protestan, ia adalah seorang pemikir bebas dalam hal agama. Dari 1866-1869 ia menghadiri sekolah tinggi yang baru didirikan di Arnhem, dan pada tahun 1870 ia lulus ujian dalam bahasa klasik yang kemudian dibutuhkan untuk masuk ke Universitas .
Lorentz mempelajari fisika dan matematika di Universitas Leiden , di mana dia sangat dipengaruhi oleh ajaran profesor astronomi Frederik Kaiser , itu adalah pengaruh yang membawanya menjadi ahli fisika. Setelah mendapatkan gelar sarjana , ia kembali ke Arnhem pada tahun 1872 untuk mengajar kelas sekolah tinggi dalam matematika, tetapi ia melanjutkan studi di Leiden di samping posisi ajarannya. Pada tahun 1875 Lorentz meraih gelar doktor di bawah Pieter Rijke pada sebuah tesis yang berjudul "Over de teori dan der terugkaatsing en van het licht breking" (Pada teori refleksi dan refraksi cahaya), di mana ia menyempurnakan teori elektromagnetik dari James Clerk Maxwell . 
Pada tahun 1881 Hendrik menikah Aletta Catharina Kaiser, keponakan dari Frederik Kaiser. Dia adalah putri dari Johann Wilhelm Kaiser, direktur Amsterdam Sekolah Ukiran itu dan profesorFine Arts , dan desainer yang pertama Belanda perangko (1852). Kemudian Kaiser adalah Direktur dari National Gallery of Amsterdam. Hendrik dan putri sulung Aletta yang Geertruida Luberta Lorentz adalah untuk menjadi seorang fisikawan juga.
  
B.     Konsep yang ditemukan

      Pada tahun 1878, Lorentz meneruskan pekerjaanya untuk menyederhanakan teori Maxwell dan memperkenalkan gagasan bahwa medan elektromagnetik ditimbulkan oleh muatan listrik pada tingkat atom. Beliau mengemukakan bahwa pemancaran cahaya oleh atom dan segala jenis optik dapat dirunut ke gerak dan interaksi energi atom.
Tahun 1892 Lorentz mengemukakan teori elektron yang berpengaruh besar terhadap perkembangan fisika, terutama fisika teori. Pada tahun 1895, Lorentz mendapatkan seperangkat persamaan yang mentransformasikan kuantitas elektromagnetik dari suatu kerangka acuan ke kerangka acuan lain yang bergerak relatif terhadap yang pertama meski pentingnya penemuan itu baru disadari 10 tahun kemudian saat Albert Einstein mengemukakan teori relativitas khususnya. Teori ini dikenal dengan nama “Transformasi Lorentz”.

      Pada tahun 1904 Lorentz mengemukakan transformasi-transformasi yang betul dan menerbitkan sebilangan hasil daripada transformasi-transformasi itu, seperti perubahan jisim dengan halaju. Beliau juga menerbitkan penelitianya mengenai perubahan bentuk suatu benda yang diakibatkan oleh geraknya dengan kecepatan V melalui eter. Dalam hal ini beliau mendukung hipotesis Fitzgorald yang menyatakan bahwa benda itu akan menyusut dengan factor.

      Teori ini yang kini dikenal sebagai Teori Eter Lorentz (LET). Lorentz juga menentukan gaya magnetik yang terjadi pada penghantar arus listrik dan berada dalam medan magnetic atau biasa disebut dengan ‘gaya Lorentz’. Yang besar dari gaya lorentz dirumuskan:
F = i . l . B
Dimana : 
F = gaya lorentz (Newtom)
i = kuat arus (Ampere)
l = panjang kawat (Meter)
B = medan magnet (weber/m¬¬2)

C.PengembanganKonsep
      Penggunaan transformasi Lorentz menghasilkan formula penjumlahan kecepatan baru  yang ternyata sesuai dengan teorema penambahan kecepatan eksperimen Fizeau, (padahal Fizeau sendiri telah mengamati fenomena ini sekitar setengah abad sebelum Einstein tertarik pada relativitas.) Formula ini menghasilkan kecepatan total yang maksimal sama dengan c, sehingga kecepatan cahaya selalu sama dengan c tanpa memperdulikan kecepatan gerak sumber. Untuk kasus dengan kecepatan-kecepatan yang jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya, transformasi Lorentz tereduksi menjadi transformasi Galilean yang cocok dengan pengamatan fisika klasik

      Jadi transformasi ini dapat memecahkan problem ketidakcocokan semu antara prinsip relativitas dan konstannya kecepatan cahaya. Namun kosenkuesinya adalah, waktu tidak lagi bersifat tegar, melainkan menjadi suatu variabel elastik yang dapat berubah sesuai dengan kecepatan relatif kedua kerangka acuan.

      Pada tahun 1896, salah satu mahasiswa Pieter Zeeman menemukan bahwa garis spekral atom dalam medan magnet akan terpecah menjadi beberapa komponen yang frekuensinya agak berbeda. Hal tersebut membenarkan pekerjaan lorentz sehingga mereka berdua dianugrahi Nobel pada tahun 1902. Teori Lorentz juaga dikembangkan oleh Clerk Maxwell yang menemukan sifat elektromagnetik cahaya yang dikenal dengan persamaan Maxwell
Dengan definisi yang lebih akurat dikatakan bahwa waktu tidak lagi memainkan peranan sebagai variabel independen, melainkan telah terkopel ke dalam ruang. Ruang dan waktu bersatu. Rumusan massa dan energi yang sebelumnya terpisah juga menjadi satu,formula E=mc2 diturunkan langsung dari transformasi tersebut. Formula tersebut sudah mendapat cukup banyak dukungan eksperimental terutama dari reaksi transformasi nuklir.Dan teori ini dikembangkan oleh Einsten.

D.      Aplikasi Konsep

      Aplikasi transformasi Lorentz melahirkan formula penjumlahan kecepatan yang ternyata sesuai dengan teorema penembahan kecepatan Fizeau. Formula ini membatasi kecepatan total maksimal sebesar c sehingga kecepatan cahaya selalu sama dengan c tanpa mengidahkan gerak sumber.

Aplikasi gaya magnetik yang sederhana banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada motor listrik contohnya pada mixer, CD player, kipas angin, computer,dan menjumpai pula pada galvanometer yang merupakan komponen dasar amperemeter dan voltmeter.

E.       Pengembangan Konsep Masa Depan


            Dengan konsep yang dikemukakan di atas maka kelak, kita dapat menghidupkan komputer tanpa aliran listrik. Handphone dan laptop pun bisa dioperasikan tanpa harus direpotkan oleh ada-tidaknya listrik atau aktif-tidaknya baterai.

Rabu, 28 Januari 2015

Ilmuwan Muslim - IBNU SINA



Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.

Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.

Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.

Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.

Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi,
kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.
Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia. 
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya. 
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.